SEMARANG — Diponegoro Disaster Assistance Response Team (D-DART) Universitas Diponegoro (Undip) menunjukkan komitmennya dalam misi kemanusiaan di wilayah terdampak banjir dan longsor di Sumatera Barat.
Tim gelombang pertama, yang terdiri dari tenaga medis, perawat, psikolog, serta relawan profesional, telah diterjunkan sejak awal Desember untuk memberikan layanan kesehatan, pendampingan psikososial, dan penyaluran bantuan logistik.
Ketua Pelaksana Logistik D-DART Undip, Ns. Nur Hafizhah Widyaningtyas, S.Kep., M.Kep., menjelaskan bahwa tim berangkat bersama dokter dan tenaga kesehatan dari FK Undip serta Rumah Sakit Nasional Diponegoro (RSND).
“Kami membawa misi layanan kesehatan, pendampingan psikososial, dan pemenuhan logistik sesuai kebutuhan di lapangan,” ujarnya kepada FK Undip pada Rabu (10/12/2025)
Adapun anggota tim yang turut serta meliputi: Marsha Yoke Nancy, S.Kep., Ns., M.N.Sc., dr. Yetty Movieta Nency, Sp.A(K), dr. Saekhol Bakri, M.P.H., Ph.D., Aldani Putri Wijayanti, S.Psi., M.Sc., Tri Sawaliyanto, Amd.Kep, Fadhil Raihan Akbar, S.Kep, M. Umar Dani, S.Kep, M. Ilham Deryan Martono, serta Edi Nuryanto.

Universitas Diponegoro (UNDIP) melalui Tim Diponegoro Disaster Assistance Response Team (D-DART) kini telah terjun ke wilayah bencana banjir Sumatera.
Jangkau Lokasi Terisolasi di Agam dan Padang
Setibanya di Kota Padang, pada 3 Desember 2025 tim disambut IKA MEDICA Sumbar sebelum menuju posko utama di Rumah Dinas Wali Kota Padang untuk berkoordinasi dengan BPBD dan pemerintah daerah. Kota Padang memang relatif aman, namun dampak bencana terlihat jelas di sepanjang jalur dari Bandara Minangkabau menuju kota.
Di Sumatera Barat, tim D-DART fokus membantu dua wilayah: Kota Padang dan Kabupaten Agam. Salah satu capaian penting adalah keberhasilan tim menjadi petugas medis pertama yang menjangkau wilayah Matur, Kabupaten Agam, dengan medan sulit dan akses yang terbatas. Di sana, dokter Saekhol dan dokter Yetty menangani lebih dari 150 pasien.
Tim juga menjadi relawan pertama yang memasuki Nagari Sungai Batang, Jorong Kukuban, daerah di tepi Danau Maninjau dan perbukitan, dikelilingi hutan yang belum memiliki listrik.
“Kami membawa logistik yang sangat dibutuhkan, terutama pakaian dalam dan kebutuhan perempuan,” jelas Nur Hafizhah.
Medan Sulit: Menyeberangi Sungai, Sawah, hingga Danau Maninjau
Tantangan berat dihadapi tim kesehatan saat memberikan pelayanan di Kecamatan Pauh, Kota Padang, di mana akses jalan terputus. Relawan harus berjalan melalui pematang sawah dan menyeberangi sungai untuk mencapai warga.
Tim psikososial yang bertugas di Palembayan menghadapi tantangan mental karena daerah tersebut memiliki korban jiwa terbanyak.
“Relawan harus kuat mental karena aroma dan kondisi di lapangan dapat memicu trauma,” katanya.
Sementara itu, anggota tim lain, termasuk Nur Hafizhah, berada di sekitar Danau Maninjau ketika jembatan penghubung tiba-tiba putus. Mereka harus menyeberangi danau menggunakan getek/ponton untuk melanjutkan misi. Saat kembali, jalur utama terputus oleh arus deras sehingga tim tertahan selama hampir lima jam sebelum berhasil keluar dan berkumpul kembali di Palembayan.
“Kondisi posko sangat minim fasilitas, bahkan tidak ada air dan aroma tidak sedap tercium di mana-mana,” tambahnya.

Universitas Diponegoro (UNDIP) melalui Tim Diponegoro Disaster Assistance Response Team (D-DART) kini telah terjun ke wilayah bencana banjir Sumatera. Tim relawan secara langsung membantu masyarakat terdampak bencana di Kabupaten Agam, Sumatera Barat, dengan fokus pada layanan kesehatan, pendampingan psikososial, dan penyaluran bantuan logistik.
Fase Kedua: Penyakit Mulai Muncul
Saat relawan Undip tiba, bencana telah memasuki fase kedua, ditandai dengan munculnya berbagai penyakit pada penyintas, seperti dermatitis kontak, ISPA, demam pada anak yang perlu observasi, serta gangguan kesehatan non-komunikabel lainnya.
Tidak hanya penyintas, kondisi psikologis relawan lain di Sumbar juga menjadi perhatian. Beberapa mulai menunjukkan gejala stres, seperti terpicu aroma tertentu meski tidak ada jenazah, atau merasa memiliki beban moral. Oleh karena itu, D-DART menegaskan bahwa gelombang bantuan berikutnya juga akan menyasar pendampingan psikososial bagi relawan.
Kolaborasi dan Tindak Lanjut
Berdasarkan evaluasi, D-DART Undip akan memperkuat:
- pendampingan bagi relawan di lapangan,
- koordinasi multisektor,
- serta keselamatan relawan sebagai prioritas utama.
Untuk fase lanjutan, Undip menyiapkan dukungan interdisipliner, termasuk pengolahan air bersih, pemenuhan gizi kelompok rentan, dan kerja sama lebih erat dengan dinas kesehatan setempat.
“Kami berterima kasih kepada masyarakat Sumatera Barat yang telah menerima kami. Semoga kerja sama ini membuat pelayanan kami dapat menjangkau lebih banyak warga yang membutuhkan,” tutup Nur Hafizhah.
Keikutsertaan D-DART dalam respons bencana ini menegaskan komitmen Universitas Diponegoro dan Fakultas Kedokteran Undip untuk hadir di tengah masyarakat, terutama pada situasi krisis. Melalui kerja sama lintas disiplin, kolaborasi dengan pemerintah dan masyarakat, serta dedikasi relawan, Undip berkomitmen terus memberikan kontribusi nyata dalam misi kemanusiaan di seluruh Indonesia.(Humas FK Undip/Sara)
